BAHASA
INDONESIA TENTANG PUISI
Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas dalam Menempuh Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Disusun
Oleh:
Nama : Syafriadi
NPM : 110100076
Prody : kesehatan
Kelas : B
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RATU SAMBAN
Puji dan syukur saya ucapkan kepada
Allah SWT dengan rahmat dan karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan tugas makalah bahasa Indonesia yang berjudul PUISI.Dengan
pembahasan yang sederhana agar dapat mudah dimengerti dan pahami. Dalam waktu
yang singkat ini mungkin saya tidak dapat mencari bahan dan materi yang
memuaskan tapi insya Allah dapat memberikan manfaat yang membacanya, amin.
Saya susun makalah ini untuk
memenuhi tugas bahasa Indonesia tentang makalah. Walaaupun saya sudah sedemikin
rupa untuk membuat tugas ini akan tetapi saya masih merasakan adanya kekurangan
disana-sini sehingga saya berharap saran dan keritik agar saya dapat menyusun
makalah dengan lebih baik.saya susun makalah ini dari beberapa sumber diantara
lain yaitu internet dan buku-buku. Cukup sekian kata-kata dari saya, apabila
adakata yang salah saya mohon maaf.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
1
DAFTAR
ISI
2
BAB.I
PENDAHULUAN
3
BAB.II PUISI
pengertian
4
unsur –
unsur puisi
5
jenis
puisi
6
perbedaan dan persamaan
puisi lama dengan puisi baru…………………………....……………………………7
BAB.III
penutup……………………………..…………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA ..……………………………………………………………….18
BAB.I
PENDAHULUAN
Pada saat tahun 70-an puisi
sangat digemari para pujangga. Pembuktianya pun ada, contohnya pada zaman dulu
ada lagu yang liriknya dari puisi.pada saat masa kejayaan puisi, puisi tidak
hanya sebagai ungkapan cinta terhadap lawan jenis tapi juga ada sebagai kritik
atas pemeritah, untuk seseorang yang berjasa, atau pun seseorang yang mereka
benci. Tapi sekarang puisi tidak terlalu digemari lagi itu dikarenakan
perbandingan kemajuan teknologi tidak sebanding dengan pemikiran dan perasaan
masyarakat sehingga seseorang lebih mengutamakan keinstalan dari pada suatu
perosesnya.
Karena perbandingan tak
seimbang tadi sehingga masyarakat terutama para remaja tidak lagi terlalu
tertarik kepada puisi, bukan itu saja puisi yang sangat terkenal pun sudah mulai
dilupakan. Makin lama masyarakat akan makin lupa tentang puisi seperti : jenis – jenisnya, setrukturnya, perbedaannya,
dan lain-lain.
Untuk itu saya membuat
makalah ini berjudul “puisi” agar kita
dapat mengingatnya, mempelajarinya, dan juga memahami perbedaannya, dan
strukturnya lebih jelas sehingga kita dapat membuat puisi sendiri. Apa bila
kita sudah bisa membuat puisi dan lebih mengerti perbedaan juga strukturnya Sehingga
kita generasi baru dapat mempopulerkan puisi kembali.
PENGERTIAN
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιÎω/ποιῶ
(poiéo/poió) = I create) adalah seni
tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk
tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan
sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa.
Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki
pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi
sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.
Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawaa oraang
lain kedaalam keaadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja
(melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk
menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku
kata yang
terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut
menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala
'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam
menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi
lama dan puisi
baru
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau
puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan
kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif
sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan
pada pokok puisi tersebut.
Didalam puisi juga biasa disisipkan majas yang
membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya
adalah sarkasme yaitu
sindiran langsung dengan kasar.
Dibeberapa daerah di Indonesia puisi
juga sering di nyanyikan dalam bentuk pantun.
Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan
struktur batin puisi
Struktur fisik puisi terdiri dari:
- Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
- Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
- Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
- Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
- Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
- Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
- Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.),
- Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
- Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Struktur batin puisi terdiri dari
- Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
- Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
- Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
- Amanat/tujuan/maksud (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca
JENIS PUISI
Jenis puisi terdiri dari puisi lama,
puisi baru, dan puisi kontenporer
A. Puisi lama
Gurindam, Pantun, Syair, dan Talibun merupakan bagian dari
puisi lama. Pengarang karya sastra lama termasuk puisi lama biasanya anonim
atau tidak diketahui.
Berikut ini adalah contoh puisi lama:
# Gurindam
Gurindam adalah jenis puisi lama yang terdiri atas 2 baris, semuanya merupakan isi dan menunjukkan hubungan sebab akibat
contoh:
Cahari olehmu akan sahabat
yang dapat dijadikan obat
Cahari olehmu akan guru
yang mampu memberi ilmu
Cahari olehmu akan kawan
yang berbudi serta setiawan
Cahari olehmu akan abdi
yang terampil serta berbudi
# Pantun
merupakan jenis puisi lama yang terdiri atas 4 baris, memiliki rima (persamaan bunyi) dengan baris pertama dan edua merupakan sampiran dan baris ketiga dan ke empat merupakan isi
Contoh:
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Biarlah mati kita bersama
Satu kubur kita berdua
(Roro Mendut, 1968)
# Syair
Syair merupakan puisi lama yang terdiri atas 4 baris per bait. Semua baris merupakan isi
Contoh:
Bulan purnama cahaya terang
Bintang seperti intan
Pungguk merawan seorang-orang
Berahikan bulan di tanah seberang
Pungguk bercinta pagi dan petang
Melihat bulan di pagar bintang
Terselap merindu dendamnya datang
Dari saujana pungguk menentang
# Talibun
Talibun merupakan puisi lama yang hampir mirip dengan pantun, bedanya hanya pada julah baris. Jumlah baris pada talibun lebih dari 4 baris.
Contoh:
Panakik pisau siraut
Ambil galah batang lintabung
Silodang ambil untuk niru
Yang setitik jadikan laut
Yang sekapal jadikan gunung
Alam terkembang jadikan guru
(Panghulu, 1978:2)
Berikut ini adalah contoh puisi lama:
# Gurindam
Gurindam adalah jenis puisi lama yang terdiri atas 2 baris, semuanya merupakan isi dan menunjukkan hubungan sebab akibat
contoh:
Cahari olehmu akan sahabat
yang dapat dijadikan obat
Cahari olehmu akan guru
yang mampu memberi ilmu
Cahari olehmu akan kawan
yang berbudi serta setiawan
Cahari olehmu akan abdi
yang terampil serta berbudi
# Pantun
merupakan jenis puisi lama yang terdiri atas 4 baris, memiliki rima (persamaan bunyi) dengan baris pertama dan edua merupakan sampiran dan baris ketiga dan ke empat merupakan isi
Contoh:
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Biarlah mati kita bersama
Satu kubur kita berdua
(Roro Mendut, 1968)
# Syair
Syair merupakan puisi lama yang terdiri atas 4 baris per bait. Semua baris merupakan isi
Contoh:
Bulan purnama cahaya terang
Bintang seperti intan
Pungguk merawan seorang-orang
Berahikan bulan di tanah seberang
Pungguk bercinta pagi dan petang
Melihat bulan di pagar bintang
Terselap merindu dendamnya datang
Dari saujana pungguk menentang
# Talibun
Talibun merupakan puisi lama yang hampir mirip dengan pantun, bedanya hanya pada julah baris. Jumlah baris pada talibun lebih dari 4 baris.
Contoh:
Panakik pisau siraut
Ambil galah batang lintabung
Silodang ambil untuk niru
Yang setitik jadikan laut
Yang sekapal jadikan gunung
Alam terkembang jadikan guru
(Panghulu, 1978:2)
B. Puisi baru
Puisi baru disebut puisi modern. Bentuk puisi
baru lebih bebas daripada puisi lama. Kalau puisi lama sangat terikat pada
aturan-aturan yang ketat, puisi baru lebih bebas. Meskipun demikian, hakikat
puisi tetap dipertahankan seperti rima, irama, pilihan kata, dll.
Hakikat puisi ada tiga hal, yaitu:
1. Sifat seni atau fungsi estetika
Sebuah puisi haruslah indah. Unsur-unsur
keindahan dalam puisi misalnya rima, irama,
pilihan kata yang tepat, dan gaya bahasanya.
2. Kepadatan
Puisi sangat padat makna atau pesan. Artinya,
penulis hanya mengemukakan inti masalahnya.
Jadi, kata-kata perlu dipilih supaya mampu
mengungkapkan gagasan yang sebenarnya.
3. Ekspresi tidak langsung
Puisi banyak menggunakan kata kiasan. Bahasa
kias adalah ucapan yang tidak langsung. Jadi
dia harus berpikir untuk memilih kata yang
tepat untuk mengungkapkan perasaannya.
A. Rima
Rima adalah persamaan atau pengulangan bunyi.
Bunyi yang sama itu tidak terbatas pada akhir baris, tetapi juga untuk
keseluruhan baris, bahkan juga bait. Persamaan bunyi yang dimaksudkan di sini
adalah persamaan (pengulangan) bunyi yang memberikan kesan merdu, indah, dan
dapat mendorong suasana yang dikehendaki oleh penyair dalam puisi.
Rima bisa berupa (1) pengulangan bunyi-bunyi
konsonan dari kata-kata berurutan (aliterasi), (2) persamaan bunyi vocal dalam
deretan kata (asonansi), (3) persamaan bunyi yang terdapat setiap akhir baris.
B. Irama
Irama sama dengan ritme. Irama diartikan
sebagai alunan yang terjadi karena pengulangan dan pergantian kesatuan bunyi
dalam arus panjang pendek bunyi. Jadi, irama dikatakan memiliki (1)
pengulangan, (2) pergantian bunyi dalam arus panjang pendek, dan (3) memiliki
keteraturan.
Contoh:
Piring putih piring bersabun
Disabun anak orang Cina
Memetik bunga dalam kebun
Setangka saja yang menggila
Disabun anak orang Cina
Memetik bunga dalam kebun
Setangka saja yang menggila
C. Diksi
Diksi adalah pemilihan kata untuk
menyampaikan gagasan secara tepat. Selain itu, diksi juga berarti (1) kemampuan
memilih kata dengan cermat sehingga dapat membedakan secara tepat nuansa makna (perbedaan
makna yang halus) gagasan yang ingin disampaikan, dan (2) kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa.
Kemampuan memilih dan menyusun kata amat
penting bagi penyair. Sebab, pilihan dan susunan kata yang tepat dapat
menghasilkan (1) rangkaian bunyi yang merdu, (2) makna yang dapat menimbulkan
rasa estetis (keindahan), dan (3) kepadatan bayangan yang dapat menimbulkan
kesan mendalam.
Misalnya, pemilihan dan penyusunan kata
seperti gelombang melambung tinggi, atau
roda pedati berderak-derakatau hilang
terbangat au meradang menerjang, atau hilang rasa,
selain menimbulkan kemerduan bunyi, juga
menimbulkan rasa estetis dan kesan mendalam.
Memilih kata yang tepat memang tidak mudah.
Oleh karena itu, menulis puisi kadang- kadang tidak sekali jadi. Puisi yang
sudah jadi pun kadang-kadang masih mengalami bongkar pasang kata sampai
dirasakan pas oleh penyairnya.
D. Citraan
Ketika membaca puisi, kita sering merasakan
seolah-olah ikut hanyut dalam suasana yang diciptakan oleh penyair di dalam
puisinya. Ketika penyair mengungkapkan peristiwa yang menyedihkan kita ikut
larut dalam suasana sedih. Demikian juga kalau penyair mengungkapkan perasaan
dendam, kecewa, marah, benci, cinta, bahagia, dan sebagainya.
Citraan adalah gambaran angan yang muncul di
benak pembaca puisi. Lebih lengkapnya, citraan adalah gambar-gambar dalam
pikiran dan bahasa yang menggambarkannya. Wujud gambaran dalam angan itu adalah
“sesuatu” yang dapat dilihat, dicium, diraba, dikecap, dan didengar (panca
indera). Akan tetapi, “sesuatu” yang dapat dilihat, dicium, diraba, dikecap,
dan didengarkan itu tidak benar-benar ada, hanya dalam angan-angan pembaca atau
pendengar.
E. Makna Denotasi dan Makna Konotasi
Pada dasarnya, kata memang selalu mengacu
pada makna referensinya, yaitu makna yang
ada dalam pikiran pemakainya. Makna yang
demikian itu tertulis dalam kamus. Misalnya, kata
kursi maknanya ‘tempat duduk berkaki dan
bersandaran’. Makna yang demikian disebut makna
denotatif.
Kata, selain bermakna denotatif, juga
bermakna konotatif. Makna konotatif adalah makna yang didasarkan atas perasaan
atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan oleh pembicara atau pendengar. Dengan
kata lain, makna konotatif adalah makna tambahan yang timbul berdasarkan nilai
rasa seseorang. Katahujan dalam kamus berarti ‘titik-titik air berjatuhan dari
udara lewat proses pendinginan’. Tetapi kata hujan bisa berarti ‘rahmat’ bagi
petani dan ‘petaka’ bagi orang Jakarta.
Memparafrasekan sebagai Sarana Memahami Puisi
Di samping kata-kata bermakna konotasi,
kekhasan lain dari bahasa puisi adalah bersifat padat dan singkat. Kata-kata
dirangkai secara implisit atau tanpa penghubung. Sebenarnya, dalam struktur
kalimat, penghubung sangat berperan untuk memperjelas makna. Selain itu,
enjambemen atau pemutusan dan pergantian baris dalam puisi sering kali tidak
sesuai pola-pola bentuk bahasa. Frase atau kalimat diputus pada bagian yang
tidak tepat sehingga dapat mengacaukan pemahaman maknanya.
Oleh karena itu, agar dapat memahami makna
puisi sedekat mungkin dengan yang dimaksudkan penyair, sebelum menafsirkannya,
sebaiknya kita memparafrasekan puisi. Memparafrasekan adalah mengubah teks
puisi menjadi sebuah prosa atau mengembalikan teks puisi ke dalam bentuk
tuturan yang lengkap. Kata-kata penghubung yang lepas dikembalikan lagi pada
posisinya. Secara mudah, paraphrase dapat dilakukan dengan menceritakan kembali
isi puisi dengan menggunakan kata-kata sendiri secara bebas.
Perbedaan dan Persamaan Puisi Lama dengan Puisi Baru /Modern
1.Perbedaan
Puisi Lama dan Puisi Modern
-Puisi Lama terikat pada aturan tata bahasa sedangkan puisi baru tidak terikat pad aturan apapun
-Puisi Lama tidak menyebutkan nama pengarang sedangkan puisi baru nama perengarang disebutkan
-Puisi Lama dibicarakan dari mulut ke mulut sedangkan puisi baru didistribusikan dalam sebuah buku
-Puisi baru lebih bebas dari pada puisi Lama, karena puisi lama biasanya menggunakan pola 444
-Puisi Lama terikat pada rima sedangkan puisi baru tidak
-Puisi Lama terikat pada aturan tata bahasa sedangkan puisi baru tidak terikat pad aturan apapun
-Puisi Lama tidak menyebutkan nama pengarang sedangkan puisi baru nama perengarang disebutkan
-Puisi Lama dibicarakan dari mulut ke mulut sedangkan puisi baru didistribusikan dalam sebuah buku
-Puisi baru lebih bebas dari pada puisi Lama, karena puisi lama biasanya menggunakan pola 444
-Puisi Lama terikat pada rima sedangkan puisi baru tidak
2.Persamaan
Puisi Lama dan Puisi Baru yaitu:
-Sama-sama sebagai sarana mengungkapkan perasaan
-Sama-sama mempunyai makna dan arti tertentu
-Sama-sama sebagai sarana mengungkapkan perasaan
-Sama-sama mempunyai makna dan arti tertentu
PUISI KONTEMPORER DI
INDONESIA
Dunia senantiasa berkembang,
berubah dari waktu ke waktu. Hidup pun demikinan . Sastra yang merupakan salah
satu blantik perekaman kehidupan selalu mencari bentuk yang lebih baru . Hal
ini pun sejalan dengan sifat seniman yang selalu ingin menciptakan sesuatu yang
baru, yang berbeda dengan sesuatu yang telah ada sebelumnya.
Puisi sebagai bagian dari
sastra juga mengalami perkembangan, dari segi bentuk dan nafasnya. Dalam zaman
sastra lama Indonesia kita mengenal bentuk-bentuk seperti mantra, bidal,pantun,
syair yang kemudian muncul bentuk-bentuk puisi baru pada tahun 1930-an m
misalnya saja sonata,kwatren,terzina,stanza,dan sebagainya. Pada tahun 1045 an
dengan khairir anwar sebagai penyair garda depan saat itu memproklamasikan
bentuk puisi yang lebih baru yang sering kita kenal dengan bentuk puisi bebas.
Lalu pada tahun 1973 kita dikagetkan dengan munculnya puisi-puisi dengan
bentuknya yang aneh dan ganjil menurut ukuran Indonesia. Puisi Kontemporer adalah bentuk
puisi yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti sendiri. Misalnya saja Sutardji mulai tidak mempercayaik Kekuatan kata tetapi dia mulai berpaling pada Eksistensi bunyi dan
kekuatannya. Danarto justru memulai dengan kekuatan garis dalam menciptakan puisi. Puisi kontemporer memang cenderung berbentuk aneh dan ganjil. Di
samping Sutardji dan Danarto, juga Sapardi Djoko Damono, penyair lain
mencanangkan bentuk puisi ganjil adalah : Ibrahim Sattah, Hamid Jabar, Husni
Jamaluddin, Noorca Marendra, dan sebagainya.
Lebih jauh boleh dikatakan
bahwa puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan
santun bahasa,memakai kata-kata makian kasar,ejekan,dan lain-lain. Pemakaian
kata-kata simbolik atau lambing intuisi,gaya bahasa, irama, dan sebagainya
dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Puisi kontemporer dapat
dibedakan menjadi :
1.Puisi Mbeling
Puisi ini memakai ungkapan yang
blak-blakan, sederhana, tanpa menghiraukan diksi konvensional ataupun
bunga-bunga bahasa. Biasanya mrngungkapkan kritik pada kehidupan masyarakat,
tetapi dengan cara yang lucu dan tak brusaha terlampau berat.
2. Puisi tipografi
Puisi tipografi adalah puisi
yang lebih mementingkan gambaran visual dari puisi tersebut. Dalam puisi
tipografi seorang penyair berusaha mengekspresikan gejolak hatinya dengan lebih
menonjolkan lukisan bentuk dari puisinya di samping melalui kata-kata tentunya.
3. Puisi Yang menentang
idiom-idiom
Puisi –puisi semacam ini akan
bersifat konvensional. Dengan menentang idiom konvensional maka puisi tersebut
tidak lagi menghiraukan hubungan makna setiap kata, bahkan sering terjadi
menjungkir balikkan hubungan makna tersebut.
4. Puisi yang membalik-balikkan
struktur kata
Puisi ini mterliha
mempermainkan suku-suku kata . Sampai-sampai kata-kata itu menjadi tidak
bermakna .Tetapi hal itu tidak lantas menghilangkan makna totalitas puisi
tersebut . Bahkan terasa menjadi sangat konkret. Dengan deretan kata yang
dibolak-balikan susunan suku katanya bila diteriakkan keras-keras seperti
teriakan nelayan di zaman bahari dulu . Bunyi-bunyi yang muncul dari kata-kata
tak bermakna itu mengangkat imajinasi kita untuk membayangkan situasi pada masa
bahari dulu, di mana nenek moyang kita sangat akrab dengan lautan.
5. Puisi yang lebih
mengutamakan unsure bunyi
Puisi ini mengingatkan kita
pada bentuk puisi mantra pada zaman sastra purba. Puisi mantar pun amat
menonjolkan kekuatan bunyi. Bahkan menurut hemat nenek moyang kita dulu semakin
kuat bunyi dalam mantara semakin tinggi nilai magis yang terkandung dalam
mantra tersebut. Dan ternyata dalam perkembangan sastra Indonesia moderen,ada
kencenderungan kembali pada bentuk mantra. Penyair garda depan yang
memproklamasikan bentuk mantra ini adalan Sutardji dan ibrahim Sattah.
6. Puisi yang mengkombinasikan
bentuk bahasa Indonesia dengan bahasa asing atau bahasa daerah
Puisi ini menggunakan berbagai
bahasa dalam mengungkapkan aspa yang dimaksudkannya. Tentu saja hal ini
mempersulit pemahaman pembaca yang tidak mengerti dan menguasai bahasa asing
maupun bahasa daerah.
7. Puisi yang banyak
menggunakan symbol daripada kata –kata atau kalimat.
Simaklah puisi Jeihan berikut
ini
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
V
VIVA PANCASILA
( Jeihan )
8. Puisi yang lebih menonjolkan
unsure garis atau gambar seperti dalam seni lukis
Perhatikanlah puisi yang cukup
membikin heboh kalangan sastrawan di Indone-
Sia :
9. Puisi Konkret
Puisi
konkret benar-benar merupakan penyair yang tidak lagi percaya terhadap
eksistensi kata. Puisi konkret berusaha meninggalkan peranan kata karena kata
dianggapnya terlampau akrab untuk mewadahi penyair. Puisi konkret merupakan puisi
yang diciptakan oleh penyair dengan memakai benda-benda yang konkret ( biasanya
dengan sedikit mungkin kata , bahkan kalau perlu kata itu dihilangkan) sebagai
alat ekspresinya . Misalnya saja puisi Daging Mentah Sutardji Calzoum Bachri,
atau puisi Abdul Hadi WM.
Ciri-cirinya puisi kontemporer:
bentuknya itu pasti tidak seperti puisi biasa
pada umumnya bertemakan kritikan
maknanya sangat sulit ditangkap
sering sekali mempermainkan kata di dalamnya
1. Mengidentifikasi tema puisi kontemporer
Perhatikan
beberapa puisi Sapardi Djoko Darmono yang termuat dalam buku Duka-Mu Abadi berikut !
(a) SAAT SEBELUM
BERANGKAT
mengapa kita masih
bercakap
hari hamper gelap
Menyekap beribu kata
di antara karangan bunga
Di ruang semakin maya,
dunia purnama
Sampai tak ada yang
sempat bertanya
Mengapa musim
tiba-tiba reda
Kita di mana . Waktu
seorang tertahan di sini
Di kuar pengiring
jenazah menanti
(b) BERJALAN DI
BELAKANG JENAZAH
berjalan dibelakang
jenazah angina pun reda
jam mengerdip
tak terduga betapa
lekas
siang menepi,
melapangkan jalan dunia
di samping pohon demi
pohon menundukkan kepala
jam mengambang di
antaranya
tak terduga begitu
kosong waktu menghirupnya
(c) SEHABIS MENGANTAR
JENAZAH
masih adakah yang akan
kautanyakan
tentang hal itu !
Hujan pun selesai
sewaktu tertimbun
sebuah dunia yang tak habis bercakap
di bawah bunga-bunga
mawar, musim yang senja
pulanglah dengan
payung di tangan , tertutup
anak-anak kembali
bermain di jalan basah
seperti dalam mimpi
kuda-kuda meringkik di bukit-bukit jauh
barangkali kita tak
perlu tahu dalam tanda tanya
masih adakah ?
alangkah angkuhnya langit
alangkah angkuhnya
pintu yang akan menerima kita
seluruhnya,,
seluruhnya kecuali kenangan
pada sebuah gua yang
menjadi sepi tiba-tiba
Dalam tiga puisi
Sapadi Joko Damono yang terdapat dalam buku kumpulan puisi Dukamu Mu Abadi terdapat pertautan tema yang membicarakan tentang maut . Sapardi
Joko Damono telah membangkitkan kesadaran pembaca akan kematian dan selubung
rahasia akan kematian itu sendiri.
2. Memahami isi dan
maksud puisi kontemporer
Perhatikanlah
contoh-contoh sajak Sutardji Calzoum Bachri berikut ini !
SOLITUDE
yang paling mawar
yang paling duri
yang paling sayap
yang paling bumi
yang paling pisau
yang paling risau
yang paling nancap
yang paling dekap
samping yang paling
Kau ! ( 1981:37 )
“ yang paling mawar “, artinya yang paling mempunyai sifat-sifat
seperti mawar, yaitu biasanya warnanya merah cemerlang, menarik, indah dan
harum . Jadi kesunyian ( solitude ) itu mempunyai sifat yang paling menarik , indah, serta harum .
“yang paling duri” artinya paling menusuk, menyakitkan, menghalangi, seperti
duri. ”yang paling dekap” ialah yang paling mesra seperti orang mendekap.
Begitulah kesunyian itu. Dan di samping sifat yang paling itu adalah “Kau“
yaitu Tuhan . Jadi, bila orang dalam keadaan yang paling itu, orang akan
teringat atau melihat “ Tuhan “ .
perhatikan contoh lain
sajak Sutarji Calzoum Bachri
TRAGEDI WINKA &
SIHKA
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
shika
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
( h. 18 )
Sajak
tersebut hanya terdiri dua kata “kawin dan kasih” yang dipotong-potong menjadi
suku kata-suku kata, juga dibalik menjadi “winka dan sihka” . Pada awalnya kata
kawin masih penuh, artinya masih penuh kawin memberi konotasi begitu indahnya
perkawinan. Orang yang hendak kawin mesti berangan-angan yang indah bahwa
sesudah kawin akan hidup berbahagia, ada suami atau istri dan kemudian akan ada
anak, hidup akan bahagia denga kasih saying anak, istri-suami. Tetapi, melalui
perjalanan waktu kata kawin terpotong menjadi ka dan win, artinya tidak penuh
lagi. Angan-angan perkawinan semula terpotong-potong, ternyata kenyataan
setelah kawin berubah. Dalam perkawinan orang harus memberi nafkah, ada
kewajiban-kewajiban. Ada anak yang harus dibiayai, bahkan sering terjadi
pertengkaran suami-istri, harus membiayai makan, pakaian dan sekolah anak-anak
. Ternyata perkawinan itu tidak seperti diharapkan yang penuh dengan
kebahagiaan, segala berjalan lancar, tetapi penuh kesukaran. Terbalik artinya
kawin jadi winka, kasih pun terpotong-potong menjadi ka dan sih yang kehilangan
artinya menjadi : sih-sih-sih-sih-sih saja, bahkan istri atau suami menyeleweng
terjadilah perceraian. Nah, terjadilah tragedi winka dan sihka, kembalikan dari
angan-angan kawin dan kasih, yang pada mulanya diangankan akan penuh
kebahagiaan.
BAB.III
PENUTUP
Kesimpulan
Puisi merupakan karya seni yang
tidak memiliki tolak ukur untuk menggekspresikan sesuatu yang ada dihati dan
perasaan seorang pembuatnya
Puisi memiliki struktur antara
lain :
1. Struktur
fisik
2. Strutur
batin
Puisi terbagi dari tiga bagian antara lain :
1. Puisi
lama
2. Puisi
baru
3. Puisi
kontemporer
Daftar pustaka
Agni, Binar.
2009. Sastra Indonesia Lengkap. Jakarta:
Hi-Fest Publishing.
Arifin, Zaenal
E. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akedemika Pressindo.
Endraswara,
Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Media Presinfo.
http://21eper.multiply.com/journal/item/40/unsur-ekstrensik-dalam-puisi
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/home-sastra-teater-penaku-pengertian-fungsi-dan-ragam-sastra/
Mahayana, Maman S. 2007. Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia. Jakarta:PT.
Raja Grafindo persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar